Awal Peradaban Baru Kecerdasan Buatan

Perubahan memang sudah masuk ke dalam kebiasaan sehari-hari pada manusia, bagai impian yang selalu kita impikan. Perubahan ini memang sudah direncanakan dari dahulu, namun masih banyak yang menolak perubahan ini meskipun semua tetap berjalan. 

Kecerdasaan buatan ini menelan berbagai macam data-data yang kemudian dikelola secara sederhana. Kecerdasaan buatan membantu keseharian ini bahkan membuat segala aspek menjadi sangat praktis dan mudah. Sekarang, informasi sudah tersedia dalam halaman website yang dengan segala manifestasinya, segala dimensi keilmuaan, tokoh fiksi, dan berbagai macam tokoh pahlawan yang selalu kita dambakan

Teknologi membawa kita ke dalam era keemasan dan mempersiapkan masa depan yang lebih efektif serta mudah dalam memaksimalkan aspek SDM, SDA juga teknologi. Semua ini mengembankan manusia dalam pembaruaan yang sudah tersedia.

Dipisahkan seperti pakaian beranjak dewasa — manifestasi dalam beberapa dekade ke depan — kecerdasaan ini membuat kita semua berada pada posisi ketergantungan. Semua ini mengikat kita dalam keputusan secara instan dan terdengar sangat rumit juga canggih.

Kendaraan yang dahulu hanya sebatang kayu dengan bohlam sebagai penerang kala berkendara malam hari; rotan dan tanaman adalah tempat beristirahat untuk menutup jiwa-jiwa yang lelah; sepatu silam milik orang tua untuk bertani dengan rumput liar di bibir.

Semua itu ialah banyaknya transformasi dari berbagai dekade yang akan tergantikan. Kita tidak akan terus berbicara tentang jerami. Sudahilah bahasan yang sudah membosankan! Perbaruilah aspek ekonomi, teknologi, fisik, mental, spiritual, sosial, finansial, karier, dan pendidikan!

Namun di balik semua kemudahan itu, muncul pula tantangan. Kecerdasan buatan bukan hanya alat bantu; ia juga membawa dilema etika, ancaman terhadap lapangan pekerjaan, serta persoalan privasi data. Manusia harus tetap menjadi subjek utama dalam perkembangan teknologi, bukan sekadar objek pasif yang hanya menikmati hasilnya.

Karena itu, pertanyaan pentingnya adalah: apakah kita siap? Siap untuk tidak sekadar mengikuti arus, tapi juga membentuk arus? Kecerdasan buatan sudah di depan mata. Tinggal bagaimana manusia menyiapkan diri untuk hidup berdampingan, bukan bersaing dengan ciptaannya sendiri.

Sahabat Fauzan Abadan

Kader PMII Rayon Fakultas Ekonomi Komisariat Universitas Pamulang Cabang Ciputat

Editor: Sahabat Rakan Abdel Jabar

Posting Komentar

0 Komentar