Pernahkah kamu merasa rumah bukan tempat aman? Coba bayangkan, setelah lelah beraktifitas seharian, kamu pulang ke rumah, apakah rumah terasa sebagai tempat paling nyaman untuk beristirahat? atau justru menjadi sumber tekanan yang sulit dihindari?
Banyak remaja tidak menyadari, suasana di rumah dan hubungan dengan keluarga sangat berpengaruh pada kesehatan mental mereka. Padahal, keluarga adalah pondasi utama dalam membentuk kepribadian dan kebahagiaan seorang remaja.
Mengapa Keluarga Begitu Penting bagi Kesehatan Mental Remaja?
Kesehatan mental dalam keluarga bukan hanya soal tidak adanya masalah, tapi tentang bagaimana setiap anggota saling mendukung dan memahami. Di sinilah kita belajar mengenal diri sendiri, berinteraksi dengan orang lain, dan menghadapi tantangan hidup.
Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan mental berarti mampu mengolah stres dan menjaga kebahagiaan. Namun, kenyataannya banyak remaja yang harus berjuang menghadapi stres, gangguan kecemasan, bahkan depresi.
Tahukah kamu, masa remaja hingga dewasa muda (16-24 tahun) adalah paling rentan terhadap masalah kesehatan mental? Data menunjukkan sekitar 34,8% remaja Indonesia mengalami masalah ini.
Salah satu penyebab utamanya adalah hubungan keluarga yang kurang harmonis, pola asuh yang tidak tepat, dan konflik yang tak kunjung selesai di rumah. Tidak heran jika banyak remaja merasa rumah bukan lagi tempat berlindung, melainkan sumber tekanan.
Rumah Nyaman, Mental Sehat
Keluarga yang penuh kasih sayang dan penuh dukungan akan membuat remaja merasa aman dan dihargai. Lingkungan seperti ini menjadi fondasi penting bagi kesehatan mental. Sebaliknya, keluarga yang penuh tekanan, minim komunikasi, atau bahkan sering bertengkar, bisa membuat remaja merasa terasing dan tidak dicintai.
Pernahkah kamu merasa orang tua terlalu sibuk hingga lupa meluangkan waktu untukmu? Atau justru kamu lebih nyaman curhat ke teman daripada ke keluarga sendiri? Jika iya, kamu tidak sendiri. Banyak remaja merasakan hal serupa, dan akhirnya mencari kenyamanan di luar rumah.
Ketika Keluarga Menjadi Sumber Masalah
Keluarga bisa dikatakan bermasalah jika rumah sudah tidak lagi menjadi tempat berlindung. Pola asuh yang negatif, minim perhatian, atau bahkan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), bisa berdampak buruk pada tumbuh kembang anak.
Anak yang tumbuh di lingkungan seperti ini cenderung lebih rentan mengalami stres, gangguan kecemasan, bahkan depresi. Tak hanya itu, prestasi akademik pun bisa ikut menurun.
Penelitian dr. A. Rahmawati menunjukkan, anak dengan tingkat kecemasan dan depresi yang rendah cenderung memiliki nilai akademiknya lebih baik. Sebaliknya, anak yang sering merasa tertekan di rumah, prestasinya pun bisa menurun drastis. Inilah mengapa keluarga yang sehat sangat penting bagi kesehatan mental remaja.
Apa yang Bisa Dilakukan Orang Tua?
Orang tua memiliki peran besar sebagai sumber dukungan utama bagi anak. Menghargai setiap usaha dan prestasi remaja, sekecil apa pun, bisa membuat mereka merasa dihargai dan termotivasi.
Selain itu, orang tua perlu menerapkan komunikasi terbuka dan empati, sehingga remaja merasa didengar tanpa dihakimi dan lebih nyaman mengekspresikan perasaan serta masalah yang dihadapi.
Untukmu yang Sedang Berjuang
Keluarga memang merupakan pilar utama dalam membentuk kesehatan mental remaja. Namun, tidak semua remaja beruntung memiliki keluarga yang harmonis. Masalah keluarga memang bisa menyakitkan, tapi itu bukan akhir dari segalanya.
Jika kamu sedang berada pada fase sulit, ingatlah bahwa kamu tidak sendiri. Tetaplah percaya bahwa masa depanmu penuh harapan. Kamu bisa melewati masa sulit dengan menemukan kebahagiaan serta ketenangan dalam hidup.
Sahabati Ananda Riyanti
Kader PMII Komisariat Fakultas Ushuluddin dan Perguruan Tinggi Umum Cabang Ciputat
Editor: Sahabati Fitri Yanti
0 Komentar