Hidup Tenang Itu Gampang!

Apakah kamu pernah merasa bahwa hidup ini tidak adil sehingga membuat kita terus-menerus galau? Jika pernah, berarti kamu wajib membaca ini sampai akhir.

Kita hidup di era serba digital yang di mana informasi mengalir deras dan mudah sekali diakses. Apapun yang kita ingin ketahui akan langsung muncul hanya dengan mengetikkan kata kunci di internet. Tetapi dengan berkelimpahan informasi tersebut tidak selalu memberikan dampak positif, justru sebaliknya, hal tersebut juga memberikan dampak negatif. 

Contohnya membuat kita jadi lebih mudah galau, stres, mudah iri, dan insecure. Salah satu faktor yang memicu terjadinya hal tersebut adalah standar yang diciptakan oleh media sosial, yang sering kali dijadikan tolak ukur untuk menilai kualitas hidup. 

Hal ini tentu saja menimbulkan respon negatif dari berbagai kalangan termasuk kita, Gen Z. Masalah ini dapat memicu tekanan psikologi yang akut sehingga membuat kita mudah cemas, iri, galau, insecure, kerap kali merasa rendah diri, dan tak jarang berujung depresi.

Hasil Survei

Berdasarkan data hasil survei dari Asia Care Survey 2024 yang dilakukan oleh Manulife, masyarakat Indonesia tidak hanya memiliki kekhawatiran terhadap penyakit fisik saja, tetapi juga terhadap sejumlah masalah gangguan kesehatan mental. 

Angka tertinggi adalah stres sebesar 56%, kecemasan 28,2%, dan depresi sebesar 20,7%. Bahkan, menurut data hasil survei kesehatan Indonesia (SKI) 2023, jumlah anak muda yang mengalami depresi di rentang usia 15-24 adalah yang tertinggi. Maka dari itu kita membutuhkan solusi praktis untuk mengantisipasi hal-hal tersebut. 

Mengenal Stoikisme

Salah satu pendekatan yang dapat dijadikan pegangan adalah filsafat Stoikisme. Secara sederhana, Stoikisme adalah sebuah konsep pengendalian diri yang lahir pada zaman Yunani kuno. 

Pemikiran ini pertama kali dikembangkan oleh filsuf yang bernama Zeno, seorang yang mempunyai pemikiran untuk tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Alih alih hanya berdiam diri meratapi nasib, lebih baik fokus mencari solusi apa yang bisa merubah keadaan menjadi lebih baik.

Stoikisme mengajarkan kita untuk selalu hidup “selaras dengan alam”. Hidup selaras dengan alam maksudnya adalah kita menjalani hidup sesuai dengan kodrat kita sebagai makhluk sosial. Walaupun konsep ini terdengar kuno, namun menurut saya Stoikisme masih menjadi salah satu benteng pertahanan diri paling ampuh hingga saat ini.

Dikotomi Kendali

Konsep dasar yang bisa kita terapkan di kehidupan sehari hari adalah (dikotomi kendali), yaitu memisahkan antara faktor internal (yang di dalam kendali kita) dan faktor eksternal (yang di luar kendali kita).

Gampang nya konsep ini mengajarkan kita untuk tidak membuang waktu dan tenaga pada sesuatu yang memang itu tidak dapat kita ubah atau sesuatu yang memang di luar kendali kita, seperti perlakuan, opini, dan respon orang lain. Yang perlu kita lakukan adalah berfokus pada apa yang ada di dalam kendali kita, seperti respon dan tindakan kita sendiri. 

STAR (Stop, Think, Assess & Respond)

Dari buku yang ditulis Hanry Manampiring yang berjudul Filosofi Teras, terdapat satu konsep yang menarik yaitu STAR. STAR adalah singkatan dari (stop, think, assess & respond). Konsep ini bisa kita gunakan hampir di situasi apapun. 

Pertama adalah stop (berhenti). Jika kita dihadapkan dengan sebuah masalah, pertama kita harus berhenti terlebih dahulu dari emosi negatif yang bisa saja membuat kita akan semakin memperburuk suasana. 

Selanjutnya think & assess (berpikir dan menilai), berpikir secara rasional dan menilai secara objektif. Terakhir adalah respond (memberikan reaksi). Setelah melakukan tiga hal tadi, barulah kita meberikan reaksi.

Amor Fati

Amor fati adalah salah satu ajaran Stoikisme yang di mana kita bukan hanya menerima namun juga mencintai takdir. Jika kita menarik kedalam ajaran agama, khususnya islam, salah satu amalan yang paling dicintai tuhan adalah ridho terhadap takdir yang telah ditentukan-Nya. Jika kita mengamalkan konsep ini, tentunya kita tidak akan mudah membandingkan diri kita dengan orang lain dan lebih bersyukur terhadap apa yang kita miliki sekarang.

Penutup

Perlu kita sadari bahwa kebahagiaan itu berasal dari diri kita sendiri, bukan dari perkataan, perbuatan, dan respon orang lain. Kita juga dianjurkan untuk mensyukuri apa yang kita miliki saat ini tanpa menggantungkan kebahagiaan kepada hal yang tidak kita miliki. 

Dengan kita mengenal Stoikisme, menurut saya akan sangat membantu untuk kita lebih tenang dan menjalani hidup yang lebih bermakna. Perlu diingat bahwa walaupun konsep ini terdengar sederhana dan mudah, pastinya membutuhkan latihan untuk menjadikan tips dan trik ini menjadi lebih efektif. 

Besar harapan saya untuk bisa sedikit membantu kita semua, para pembaca agar tidak terjebak dalam lingkaran setan yang diciptakan oleh media sosial sehingga membuat kita merasa terus terpuruk. Bagaimana? Hidup tenang itu gampang kan?

Sahabat Muh. Syahid Muqaddas

Kader PMII Komisariat Fakultas Ushuluddin dan Perguruan Tinggi Umum Cabang Ciputat 

Editor: Sahabati Fitri Yanti

Posting Komentar

0 Komentar