Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia atau yang disingkat dengan PMII. Memiliki anggota dan kader yang cenderung masif secara kuantitas serta tersebar dalam sekala nasional maupun internasional. Akan tetapi PMII dewasa ini memiliki gairah perlawanan yang kian menurun. Mengapa terjadi demikian? Karena ada beberapa faktor yang perlu dijelaskan secara rinci.
PMII Bukan Alat Komoditas Politik Belaka
Apakah ketika pemilihan umum organisasi di internal kemahasiswaan kampus harus menggunakan kekerasan, buzzer sosial media, intimidasi, penggiringan opini yang bersifat pribadi ke ranah publik, dan perusakan fasilitas kampus? Pola pengkaderan pun cenderung mengedepankan kuantitas daripada kualitas. Apakah PMII hanya sebagai alat komoditas politik semata?
PMII bukan hanya sekadar organisasi kemahasiswaan eksternal yang hanya digunakan untuk kepentingan pemilihan ormawa dan kekuasaan kampus semata. PMII memiliki fungsi yang lebih daripada itu, sesuai dengan tujuan dari PMII yang tercantum di dalam AD ART yang berbunyi:
“Terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang bertakwa kepada Allah Swt, Berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya serta komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia.”
Dari tujuan PMII di atas, kita bisa rasionalisasikan bahwa sejatinya PMII melahirkan kader-kader yang bertakwa kepada Allah SWT, dalam artian mematuhi dan menjalankan perintahnya. Tetapi mari kita lihat di realita sosial sekarang! Apakah ide tersebut dapat di representasikan para anggota PMII itu sendiri? Masih banyak kader PMII yang jauh dari agama bahkan dengan sengaja melanggar syariat islam.
Memang benar bahwasanya ibadah merupakan urusan individu dengan tuhannya yang tidak bisa kita paksakan. Akan tetapi, adanya organisasi PMII seharusnya bisa menjadi pengingat bagi setiap individuya agar menjalankan syariat islam sesuai yang telah diajarkan. Dewasa ini, kerap kali individu yang mengaku dirinya adalah kader PMII masih melakukan hal yang sudah jelas melenceng dari tujuan PMII itu sendiri.
Perlu ditekankan sekali lagi, bahwa PMII bukan digunakan sebagai alat komoditas politik belaka, Kita sudah muak saat masih dibawah naungan dari organisasi NU yang dijadikan alat politik. Apakah sejarah itu akan terulang kembali? Namun bedanya di era sekarang dijadikan alat politik oleh anggotanya sendiri. Bisakah PMII ini memberikan hal yang lebih praktis seperti pengembangan soft skill, akademik, dan hal bermanfaat lainnya?
Komoditas bukan hanya berbicara tentang jual beli saja, tapi komoditas bisa dikatakan pertukaran yang saling menguntungkan. Menurut Adam Smith komoditas memuat nilai ganda yakni nilai guna dan “nilai” itu sendiri. Nilai guna berarti dalam pertukaran ada hal yang bisa dipergunakan bagi kehidupan dan nilai itu sendiri adalah kemampuan komoditas yang bisa diperjual belikan.
Menurut Marx, komoditas adalah produk yang diciptakan untuk diperjual belikan bukan untuk digunakan dan ini memiliki keanehan. Marx sendiri mengutip dari pemikiran Adam Smith. PMII bukan sekedar komoditas, karena PMII diciptakan bukan untuk diperjualbelikan walaupun memiliki nilai guna dan nilai itu sendiri.
Terlalu Fokus Memperbanyak Anggota Adalah Bentuk Komoditas
Mengapa terlalu fokus memperbanyak anggota bisa dikatakan sebagai komoditas? Karena tidak bisa dipungkiri lagi bahwa anggota baru yang masuk ke dalam PMII dalam keadaan terpaksa atau sekedar ikut-ikutan hanya menjadi alat kemenangan politik kampus.
Di sini perlu adanya rekontruksi, bahwa memperbanyak anggota adalah hal yang bagus tetapi bukan sekedar masuk lalu tidak dirawat dan ditinggalkan begitu saja. Seharusnya para pengurus lebih bisa memilah-milih dalam perekrutan anggota baru agar bisa berkembang dalam organisasi.
Redupnya Gairah Perlawanan Adalah Bentuk Pelecehan
PMII sendiri dalam sejarahnya, mempunyai kontribusi yang sangat besar dalam perlawanan melawan orde baru. Hal ini yang perlu dipelajari dan dipahami bahwa PMII merupakan wadah kritis dan revolusioner. Berbicara tentang gerakan mahasiswa, gerakan yang dijalankan oleh mahasiswa sudah ada sejak tahun 1908 ketika didirikannya perkumpulan Budi Utomo.
Budi Utomo sendiri merupakan wadah perjuangan mahasiswa yang untuk pertama kalinya terstruktur keorganisasiannya secara modern. Perkumpulan ini didirikan oleh pemuda yang berasal dari STOVIA. Selanjutnya Budi Utomo tersebar luas dan memiliki 40 cabang beserta 10.000 anggota aktif. Budi Utomo adalah awal pergerakan mahasiswa di Indonesia, yang selanjutnya diteruskan oleh gerakan-gerakan mahasiswa lainnya.
Diantaranya seperti Indische Vereeniging yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, Kelompok Studi Indonesia dan PNI yang bertujuan menjalankan politik non-koperasi terhadap Belanda, PPMI dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia yang terlibat dalam perjuangan menggulingkan orde lama, dan masih banyak lagi.
Peristiwa Malari menjadi saksi bagi perjuangan mahasiwa melawan rezim yang zalim. Peristiwa malari dilatarbelakangi oleh gerakan dari Mahasiswa Menggugat. Misalnya aksi memprotes kebijakan pemerintah atas naiknya BBM, inflasi 500%, dan kenaikan harga-harga sehingga bertambahnya kesulitan untuk hidup sehari-hari. Yang lebih parahnya, korupsi pada tahun 1970 merajalela sehingga memicu aksi protes dari para mahasiwa.
Kebijakan pada saat itu hanya menguntungkan segilintir orang dan negara telah dikapitalisasi oleh Soeharto beserta antek-anteknya. Meletusnya peristiwa malari merupakan bentuk dedikasi mahasiswa sebagai Agent Of Change dan sebagai wadah perlawanan.
Maka dari itu, tumpulnya daya kritis gerakan mahasiswa dan lunturnya ghirah perlawanan merupakan bentuk pelecehan terhadap makna mahasiswa itu sendiri. Hal ini karena mahasiswa sangat melekat dengan sifat pemberontakan kepada ketidakadilan.
Memahami Kembali Makna Mahasiswa
Perlu memahami kembali makna dari mahasiswa itu sendiri. Pada zaman sekarang, mahasiswa masih belum memahami kata dari mahasiswa itu sendiri sehingga banyak sekali yang acuh tak acuh kepada situasi nasional saat ini. Mahasiswa yang seharusnya menjadi senjata terkuat rakyat, kini telah berubah menjadi alat politik kaum elit.
Bisa kita temukan pada saat ini, maraknya aksi bayaran dengan gugatan yang lebih condong kepada pemerintah. Hal itu adalah bentuk lunturnya jiwa perlawanan. Di era Gen-z, mahasiswa yang membela, membantu, dan mendampingi rakyat adalah hal yang sulit di temukan.
Pada zaman ini, mahasiswa lebih sering berdebat panas di coffe shop tentang Karl Marx, Che Guevara, Fidel Castro, Prodhon, dan lainnya. Namun pada nyatanya yang mereka debatkan terkait teori sosialisme, ketimpangan kelas, dan teori yang mereka anggap kiri itu tidak ada implikasinya terhadap realita.
Terlalu banyak berdiskusi teoritis tanpa adanya implikasi yang praktis. Sementara itu, para buruh, kaum tani, dan masyarakat yang dirampas haknya sedang berjibaku memperjuangkan keadilan. Mahasiswa sekarang terlalu banyak omong kosong tanpa adanya bukti atau aksi nyata turun terjun langsung ke masyarakat.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 30, pendidikan tinggi adalah institusi yang bertujuan untuk mempersiapkan siswa menjadi anggota masyarakat dengan kemampuan akademik dan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan, dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Mahasiswa merupakan gabungan kata “Maha” dan “Siswa”. Maha memiliki arti besar atau agung sementara “Siswa” ialah orang yang sedang belajar. Maka secara Bahasa, Mahasiswa memiliki makna yang begitu dalam. Mahasiswa jika kita sederhananakan merupakan segelintir elit intelektual yang mengabadikan hidupnya kepada masyarakat, karena sesuai dengan tridarma perguruan tinggi.
Referensi
Ikhsan, Emir Muhammad. “Sejarah Gerakan Mahasiswa di Indonesia, Sejak 1908 hingga Reformasi,” n.d.
Leda, Helenerius Ajo. “PERISTIWA MALARI 1974,” n.d.
Nurhalimah, Eem, and Atri Mulyani. “MAHASISWA SEBAGAI AGEN PERUBAHAN: ANALISIS PERAN DAN TANTANGAN DI ERA MODERN,” n.d.
Wahyu Budi Nugroho. Memahami Kembali Marx, Marxisme, Dan Perkembangan. Gede Kamajaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2023.
Sahabat Muhammad Lutfi Firdaus
Kader PMII Komisariat Fakultas Ushuluddin dan Perguruan Tinggi Umum Cabang Ciputat
Editor: Sahabat Rakan Abdel Jabar
0 Komentar