Menjalani kehidupan sebagai mahasiswa tidak hanya sebatas menuntut ilmu akademik, tetapi juga membangun karakter spiritual yang kuat. Dalam perspektif tasawuf, seorang mahasiswa Muslim idealnya mampu menjaga keseimbangan antara Hablum Minallah (hubungan dengan Allah) dan Hablum Minannas (hubungan dengan sesama manusia). Keseimbangan ini bukan sekadar teori, tetapi merupakan bagian dari cara hidup seorang Muslim yang mendalam.
Tasawuf merupakan dimensi esoteris Islam yang menekankan perjalanan spiritual menuju Allah dengan menjaga akhlak dan kesucian hati. Imam Al-Ghazali dalam Ayyuhal Walad menyebutkan bahwa tasawuf memiliki dua pilar utama:
ثم اعلم أن التصوف له خصلتان الاستقامة مع الله تعالى والسكون عن الخلق٬ فمن استقام مع الله عز وجل وأحسن خلقه بالناس وعاملهم بالحلم فهو صوفي
"Ketahuilah tasawuf memiliki dua pilar, yaitu konsisten bersama Allah dan harmonis dengan makhluk-Nya. Dengan demikian siapa saja yang konsisten bersama Allah Swt., berakhlak baik terhadap orang lain, dan bergaul dengan mereka dengan santun, maka ia adalah seorang sufi." (Imam Al-Ghazali, Ayyuhal Walad, hal. 15).
Pernyataan ini menunjukkan bahwa seorang Muslim, termasuk mahasiswa, harus berusaha untuk konsisten dalam hubungannya dengan Allah sekaligus menjadi pribadi yang baik dalam interaksi sosial. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Al-Qur'an:
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ اَيْنَ مَا ثُقِفُوْٓا اِلَّا بِحَبْلٍ مِّنَ اللّٰهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ
"Kehinaan ditimpakan kepada mereka di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka (berpegang) pada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia." (QS. Ali Imran: 112).
Ayat ini menegaskan bahwa kehidupan manusia harus berlandaskan hubungan yang baik dengan Allah dan dengan sesama manusia.
Menjaga Hubungan dengan Allah
Secara syariah, Hablum Minallah berarti ikatan yang dibangun antara manusia dan Allah melalui keimanan dan ibadah. Tafsir At-Thabari, Al-Baghawi, dan Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Hablum Minallah ialah perjanjian dengan Allah dalam bentuk keimanan kepada Islam sebagai jaminan keselamatan di dunia dan akhirat.
Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa menjaga Hablum Minallah dapat dilakukan dengan menunaikan perintah syariat, seperti shalat, puasa, dan dzikir sebagai bentuk ketaatan kepada Allah. Selain itu, seorang Muslim juga harus ridha dengan ketentuan dan takdir-Nya, serta tidak berkeluh kesah atas ujian hidup yang dihadapinya. Lebih dari itu, meninggalkan kehendak nafsu demi mencari keridaan Allah juga menjadi bagian penting dalam menjaga hubungan dengan-Nya, yaitu dengan mengutamakan spiritualitas dibanding kepentingan duniawi yang bersifat fana.
Sebagai mahasiswa, menjaga Hablum Minallah bisa diwujudkan dengan tetap mendahulukan kewajiban agama di tengah kesibukan akademik. Melaksanakan shalat tepat waktu, membaca Al-Qur’an, dan menjadikan ilmu sebagai jalan ibadah adalah beberapa contoh konkretnya.
Berbuat Baik kepada Sesama
Selain menjaga hubungan dengan Allah, seorang mahasiswa juga harus menjaga hubungan sosialnya. Hablum Minannas mencakup berbagai aspek, seperti bermuamalah yang baik dengan tutur kata yang sopan dan jujur. Selain itu, menyebarkan ilmu yang bermanfaat di lingkungan akademik maupun sosial juga penting, karena ilmu yang dibagikan dapat menjadi amal jariyah yang bernilai pahala.
Menjalin silaturahmi dengan teman, dosen, dan masyarakat sekitar mempererat hubungan sosial dan menciptakan lingkungan yang harmonis. Kepedulian terhadap sesama juga dapat diwujudkan dengan membantu orang lain, seperti menjenguk teman yang sakit atau berbagi ilmu. Sikap ini memiliki poin inti, yaitu membangun kebersamaan dalam kebaikan, bukan memunculkan permusuhan dan pertikaian.
Sebagaimana Rasulullah saw. bersabda:
"Muslim ialah orang yang semua orang Islam selamat dari kejahatan lisan dan kejahatan tangannya (perbuatannya)."
Sebagai mahasiswa, menjaga Hablum Minannas bisa diterapkan dalam berbagai aktivitas, seperti aktif dalam organisasi kampus, menjadi relawan dalam kegiatan sosial, serta menciptakan lingkungan akademik yang kondusif dan inklusif.
Menjalani kehidupan sebagai mahasiswa Muslim bukan sekadar mengejar prestasi akademik, tetapi juga membangun keseimbangan antara spiritualitas dan interaksi sosial. Dengan menjaga Hablum Minallah, seorang mahasiswa akan memiliki kedekatan dengan Allah dan memperoleh ketenangan batin. Sementara dengan menjaga Hablum Minannas, ia akan menjadi pribadi yang bermanfaat bagi sesama.
Tasawuf mengajarkan bahwa seorang Muslim sejati adalah mereka yang tidak hanya taat kepada Allah, tetapi juga mampu mencerminkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sosialnya. Oleh karena itu, beragama sembari bermahasiswa bukanlah hal yang bertentangan, melainkan sebuah kesatuan yang harus dijaga dengan penuh kesadaran.
Sahabat Muhamad Ibnu Chajar
Kader PMII Komisariat Fakultas Adab dan Humaniora Cabang Ciputat
Editor: Sahabati Fitri Yanti
0 Komentar